Laman

25/10/13

The One That You Love Most: You Are The Apple Of My Eye


Udah lama sebenernya nonton film ini, dan baru niat nulis review ringannya sekarang. You Are The Apple Of My Eye. Film ini berasal dari novel dengan judul sama dan ternyata based on true story. Oke. Judulnya agak membingungkan. Pertama kali denger judulnya, saya kira ini film anak-anak gitu. Ternyata film ini bercerita tentang persahabatan dan cinta. Akhirnya karena penasaran, saya googling arti judulnya dan artinya itu kira-kira begini:
You are the apple of my eyes means One's favorite person; the one you love most. In Old English, the pupil of the eye (the round, dark center) was called the 'apple'. It was thought that the pupil was a round object much like an apple (a piece of fruit). When you look at someone, their reflection appears in your pupil. So if someone is the 'apple of your eye', he or she is someone that you look at a lot and enjoy seeing.
This movie breaks my heart into million pieces. Bukan berarti ceritanya about bitterness atau apa, nggak. Ceritanya lucu, sweet, dan haru. Saya selalu suka film model begini, dan sesuai dengan respon-respon positif yang saya baca sebelumnya, film ini sukses bikin saya puas dan tersenyum di akhir. This movie taught me the consequences of loving somebody. Saat kamu suka sama seseorang, semua itu bukan tentang apa yang kamu rasain, bukan tentang apa yang bakal terjadi, bukan tentang rasa suka kamu berbalas atau nggak, semua itu tentang menyukai tanpa mengharapkan apapun.
Back to the story. Ko Ching Teng si tokoh utama adalah cowok nakal dan pembuat onar di sekolahnya. Dia itu tipe yang malas belajar dan iseng banget. Hobinya baca komik di kelas dan ngefans berat sama Bruce Lee. Karakter Ko Ching Teng dalam film ini di kehidupan nyata adalah Giddens Ko dan diperankan oleh aktor sekaligus singer berbakat, Ko Chen Tung. Saya suka sama tingkahnya Ko Ching Teng yang aneh-aneh dan super narsis. Saya juga suka teman-temannya yang gokil dan gila semua.
Jadi ceritanya ada satu kali Ko Ching Teng ini dihukum guru gara-gara “oh-my” incident dan akhirnya disuruh duduk di depan seorang murid teladan bernama Shen Chia Yi (diperanin sama Michelle Chen yang—aku juga susah percaya—umurnya menginjak 30 tahunan waktu shooting sebagai Shen Chia Yi yang seorang murid SMA. Wow!). Chia Yi ini tipe cewek yang so-smart-so-pretty-every-boy-would-love-her. Seluruh anggota geng gila Ko Ching Teng suka sama cewek ini, sementara Ko Ching Teng sendiri agak sebel sama ini cewek. Gimana nggak? Cewek ini selalu marahin dia melulu kalau bikin masalah. Tapi ada satu kali si Ko Ching Teng rela dihukum guru dengan meminjamkan buku pelajarannya pada Shen Chia Yi yang kebetulan hari itu nggak bawa buku. Dari situ, Shen Chia Yi mulai perhatian sama cowok itu. Ko Ching Teng dipaksa belajar dan diajarin sama dia supaya bisa dapat nilai bagus di sekolahnya. Dan sudah bisa ditebak, si cowok jatuh cinta dengan si cewek. *wink. Long story short…..like a magnet law where a negative polar and positive polar will attract the opposite, they were both madly in love with each other, but never truly become a couple. Mereka berdua itu nggak pernah declare kalo pacaran. Tapi sebenernya mereka sama-sama tahu kalau mereka saling suka. Intinya, mereka HTS-an lah. Ok, I’ll stop here because this moment is the climax. You should just watch it, you should!!!! This movie is just so beautiful.
Banyak hal yang saya suka dari film ini. Saya suka banget sama teman-teman Ko Ching Teng. Saya harus akui persahabatan di antara mereka bikin saya iri. Keren banget. Ah, susah dijelaskan. Hidup si tokoh utama ini benar-benar colorful banget. Saya juga suka banget sama segala kenarsisan si Ko Ching Teng ini. Sempat si Ching Teng ini mendapat nilai ujian bagus, gurunya bilang, “Wah akhir-akhir ini giat ya?” trus Ching Teng menjawab dengan muka datar: “Tidak kok, aku jenius”. Apa banget coba? Trus pas adegan Ko Ching Teng kalah taruhan sama Shen Chia Yi dan dia harus botakin rambutnya. Malam-malam dia naik sepeda sambil hujan-hujanan ke barber shop dan tanpa basa-basi bilang “Aku ingin potong gundul yang ganteng” whatttttt???. Pokoknya selalu suka segala kenarsisan si Ko Ching Teng ini.
Banyak pelajaran yang bisa kita dapetin habis nonton film ini. Belajar untuk selalu fairplay, selalu nepatin janji, pinter bukan jaminan seseorang sukses, dan satu lagi, cewek lebih tertarik pacaran dengan cowok bad boy. Sudah bukan rahasia lagi kalau cewek memang lebih suka dengan cowok yang kesannya bad boy. Begitu pula dengan Shen Chia yi, yang ternyata lebih memilih untuk dikejar Ko Ching Teng, walaupun saat itu banyak sekali cowok yang suka sama dia.
Dan pelajaran utama yang didapet dari film ini yaitu belajar ikhlas. Ching Teng itu cinta banget sama Chia Yi, bahkan sampai hari pernikahan Chia Yi pun, dia masih sukaaaa banget sama Chia Yi. Tapi dia tetep menghadiri pernikahan Chia Yi. Di situ Ching Teng bilang:
"If you really like a girl. It is impossible to see her marry to another guy and still bless them. True love means someone should sneak up and stabs the groom in the back. But I am wrong. In fact, when you really like a girl, you'd be happy for her. When you see her finding her Mr. Right. You will want them to be together. And to live happily ever after"
So sweeettt:’3 
See, pada akhirnya, tidak semua cinta itu harus bersama. Menurut saya, nggak  hanya di film, tapi juga di dunia nyata, bahwa cerita yang disiapkan Tuhan itu pasti lebih indah dari apa yang kita sangka.

My favorite scenes:
  • Pas Shen Chia Yi gagal ujian masuk kampus favorit dan menangis dia nelfon Ko Ching Teng. Secepat kilat Ko Ching Teng dateng sambil naik sepeda. Begitu sampe, Ko Ching Teng cuma duduk diam di sampingnya Chia Yi. Kadang perempuan saat sedang terlalu emosional memang tidak butuh kata-kata, hanya butuh dia hadir dan diam saja. Adegan ini terlalu sweet menurut aku.

  • Pas Shen Chi Yi waktu itu nggak bawa buku Bahasa Inggris dan Ko Ching Teng ngasih minjem bukunya. Akhirnya Ko Ching Teng yang kena hukum bu guru. Awww

  • Setiap saat Shen Chia Yi nyolek punggung Ko Ching Teng pake pulpen biru sampe bajunya penuh noda-noda tinta pulpen. Kecil memang, tapi nggak tau kenapa buat aku ini means a lot.


  • Waktu mereka mainan di pantai dan nyeritain mimpinya masing-masing


  • Waktu itu gempa hebat di Taipei, Ko Ching Teng khawatir sama Shen Chia Yi. Dia bela-belain manjat keluar dorm asrama demi untuk nyari sinyal hp buat nelfon Shen Chia Yi. Yap. Akhirnya nyambung dan percakapannya kira-kira begini: “Do you believe in parallel universe? Maybe in that universe we are together.” Dan part yang ini: “Thank you for liking me.” and “Thank you for letting me like you all those years.” Hnggggg~

  • Waktu mereka ngedate berdua juga masuk ke daftar scene favorit aku



  • Waktu itu Ko Ching Teng taruhan sama Shen Chia Yi siapa yang nilainya paling tinggi di ujian bulanan. Kalo Ko Ching Teng kalah, dia harus motong botak rambutnya. Kalo Shen Chia Yi yang kalah, dia harus ngiket rambutnya 1 bulan penuh. Yang kalah taruhan si Ko Ching Teng tapi Shen Chia Yi ikutan juga ngiket rambutnya1 bulan penuh. Adegan pas Ko Ching Teng terpana ngeliat Shen Chia Yi yang rambutnya diiket masuk daftar favorit scenes akuuuu!




  • And of course, the most favorite scene was remembering and that flashback moments!





P.S. Terlepas dari segala adegan yang merusak mata (lol) film ini adalah salah satu film favorit saya! Happy watching~^^

0 komentar:

Posting Komentar